Jumat, 08 Januari 2016

Ketika Dunia Tertawa

Berbicara tentang Khilafah akan banyak orang yang akan mengernyitkan dahi, melebarkan mulut, menajamkan mata, mengepalkan genggaman tangan dan banyak lagi reaksi lainnya.

Masih teringat ketika ikut kuliah di salah satu matakuliah sejarah tentang negeri-negeri Islam. Gelar dosennya sudah doktor. Keluar masuk negeri sudah biasa. Umroh udah berkali-kali. Keliling Timur Tengah emang kerjaannya. Tapi satu hal yang masih teringat dibenakku. "Orang-orang yang memperjuangkan tegaknya negara Islam yang menghimpun seluruh umat muslim (khilafah-red) mereka terjebak pada romantisme sejarah." seluruh penghuni kelas langsung tertawa.

Dalam hati bertanya, benarkah Khilafah hanya romantisme belaka? Lantas buat apa banyak orang rela mati-matian memperjuangkannya? Waktu, harta, tenaga, pikiran dikorbankan hanya untuk hal yang orang bilang hanya romantisme, mengapa? Selain banyak yang memperjuangkannya, mengapa juga banyak yang menentangnya? Siapa yang terjebak kepada romantisme sejarah?

Tapi menarik untuk melihat fakta yang ada saat ini. Media dengan kehebatannya dalam mengotak-atik berita. Negara imperialis (Amerika dkk) dengan kekuasaannya memutar-mutar fakta dengan bermacam konspirasinya. Menyudutkan Islam sebagai musuh yang menakutkan dengan terornya (katanya). Tapi faktanya justru negara imperialislah yang melakukan teror. Sehingga dengan kekuasaanya, mereka (negara imperialis) menghimpun kekuatan besar untuk memerangi sesuatu yang mereka takutkan, Islam. Islam menjadi sesuatau yang ditakutkan. Mereka (negara Imperialis) takut sejarah kembali terulang.

Ambil contoh simpel saja. Dunia pendidikan boleh disetting untuk mengubur kegemilangan Islam dan sebaliknya membangkitkan abad pencerahan kaum barat (Eropa dan Amerika). Generasi muda digiring untuk berpikir bahwa barat memiliki peradaban yang luar biasa hebat. Generasi muda secara tidak langsung dipaksa untuk menghadap barat (Eropa dan Amerika) dalam berkiblat. Bukan dalam sholat, tapi dalam segala bentuk perkembangan dunia. Generasi muda semakin bahkan tidak tau peradaban Islam. Itu yang terjadi saat ini. Silahkan tanya anak SD. Siapa penemu listrik? Siapa penemu lampu? Siapa penemu pesawat? Saya yakin pasti jawabnnya nama-nama Asing (barat). Tapi taukah jika penemuan-penemuan tersebut sebelumnya sudah didahului oleh penelitian yang dilakukan oleh umat muslim. Dan untuk kesekian kalinya kegemilangan Islam dikubur.

Kembali kepada bahasan utama, khilafah. Bagaimana perjuannya? Bagaimana penentanya? Bagaimana penontonnya? Ketiga tokoh ini semakin hari semakin banyak. Pejuangannya bertambah, penentangnya bertambah, dan penontonnya juga bertambah.

Pejuangannya adalah orang-orang yang yakin bahwa Khilafah akan tegak kembali. Permasalahan dunia saat ini hanya dapat diselesaikan dengan tegaknya Khilafah. Islam bukan hanya ibadah spiritual. Islam adalah ideologi. Islam tidak bisa hanya disandingkan dengan agama-agama dunia yang hanya mengatur ibadah-ibadah umatnya. Islam adalah jalan hidup yang mengatur seluruh kehidupan umat manusia. Singkatnya, Islam adalah solusi.

Penentangnya adalah orang-orang yang menentang tegaknya Khilafah. Bukan hanya orang kafir, kaum Imperialis, bahkan orang Islam sendiri juga ada yang menentangnya, naudzubillah. Kaum Imperialis takut hegemoni mereka digoncang oleh Kesatuan umat Islam. Mereka telah belajar sejarah. Karenanya mereka takut. Orang kafir takut terusir dari rumahnya ketika umat Islam menguasai dunia. Itu adalah ketakutan yang keliru. Karena sepanjang sejarah, ketika Islam menjadi penguasa, muslim menjadi mayoritas, tidak ada kisahnya orang kafir ditindas. Kecuali jika mereka melakukan perlawanan terhadap kekuasaan Islam. Dan orang Islam yang ikut menentang tegaknya Islam adalah orang-orang yang pesimis terhadap kebangkitan Islam. Mereka terjebak kepada kesenangan dunia yang membutakannya untuk ikut memperjuangkan Islam dan menjadikan Islam sebagai pemimpin peradaban dunia. Mereka takut perang berkobar. Mungkin orang Islam yang menentang Khilafah, perlu belajar lagi.

Lantas siapa penontonnya? Penontonnya adalah orang-orang pragmatis yang tidak mau ikut-ikutan dalam perjuangan maupun pertentangan. Yang penting mereka dapat hidup dengan nyaman, bisa makan, dapat kerja, tidur nyenyak, bisa ibadah. Udah itu saja cukup bagi mereka. Maka penonton ini tidak perduli. Islam tegak disyukuri, tidak bisa tegak tidak perlu ditangisi. Mungkin seperti itu dalam pikirannya.

Maka sampai saat ini, memang masih banyak yang menertawakan perjuangan tegaknya Khilafah. Tapi yakinlah bahwa inilah perjuangan. Perjuangan perlu ujian, perlu tantangan, perlu rintangan, dan perlu penentang. Maka ketika kita yakin bahwa kita adalah pejuang Islam. Memperjuangkan tegaknya Khilafah adalah bukan romantisme, utopis, khayalan belaka. Tapi ini adalah kepastian. Maka satu hal yang ini berat bagi pemula. Berat bagi orang yang hanya ikut-ikutan. Berat bagi yang percayanya setengah-setengah.

Khilafah adalah pasti. Ketika dunia menertawakan perjuanganmu, maka bersabarlah. Jadikanlah sabar sebagai ruh dalam perjuangan. Karena Allah menjanjikan Syurga bagi orang-orang yang sabar setelah mereka berjuang. Wallahu a'lam

Salam Kebangkitan Islam
Saudaramu
Mochamad Habib N Amali

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.