Minggu, 09 Juli 2017

Habib Bukan Pakar - Bagian #1



Alhamdulillah saya lahir di Indonesia dan karenanya saya jadi orang Indonesia | Alhamdulillah Allah berikan mata dan karenaNya saya bisa melihat | Alhamdulillah Allah berikan telinga dan karenaNya saya bisa mendengar | Dan masih banyak lagi yang Allah berikan sehingga karenaNyalah bisa melakukan banyak hal | Maka dengan pikiran yang jernih dan hati yang semoga dijauhkan dari kesombongan, saya yakinkan diri saya bahwa Allah adalah Tuhan saya, Sang Pencipta Segalanya
.
.
Mata ini sering melihat kedzaliman, kemiskinan, kebodohan, kerusakan, ketidakadilan yang terjadi di negeri ini | Telinga ini juga sering mendengar yang demikian baik langsung maupun tidak langsung | Lantas apakah ini potret negeri yang sehat? | Salahkan jika saya katakan jika negeri ini sedang sakit? | Lalu, bolehkan saya menawarkan obatnya?
.
.
Saya memang bukan pakar | Sarjana saja belum kelar | Tapi hati dan akal saya tak bisa dibohongi | Sekalipun yang mengatakan seorang pakar, ilmuan bahkan profesor, apakah saya harus selalu percaya yang mereka katakan itu benar | Tidak bolehkan saya katakan sekali lagi jika saya mau menawarkan obat atas sakitnya negeri ini? | Karena saya juga orang yang terlahir di negeri ini, tidak bolehkah saya ikut menyumbang pikir atas sakitnya negeri ini? | Apakah juga salah jika saya menawarkan obat yang berbeda dari tawaran kebanyakan orang untuk kesembuhan negeri ini?
.
.
Maka obat yang saya tawarkan adalah syariah dengan khilafah sebagai sistemnya | Mengapa harus obatnya syariah, bukan yang lainnya saja? | Dan mengapa khilafah sistemnya, bukan yang lainnya saja?
.
.
Bersambung...
#CatatanSeorangHabib

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.