Dunia ini keras. Kerja ini keras. Orang hanya berpikir tentang maunya. Nggak pernah berpikir tentang mauku. Apakah ini yang membuatku kerasan?
Iya memang aku bekerja itu atas mauku, tapi aku digaji atas maunya. Iya maunya mau nggak mau harus dituruti semua. Karena aku dipekerjakan demi maunya. Mauku? Udahlah singkirkan
Udahlah lupakan bualan klise kalo kamu ada mau sampaikanlah. Disampaikan pun juga nggak ada guna. Karena itu hanya bualan pemanis mulut. Obat penenang yang menurutnya bisa menyenangkan. Tapi aku sudah muntah. Tawar rasanya lidah ini mendengar semua bualan itu. Diam lebih baik daripada bermanis-manis tapi pahit. Udahlah biar aku yang rasakan sendiri. Kamu lanjutkan kemauanmu. Aku masih kuat nuruti kemauanmu.
Arrrggghhhh. Pengen teriak sekencang-kencangnya. Pengen teriak sekeras-kerasnya. Sekeras dunia ini. Sekeras kerja ini.
Aku nggak mau mengulang apa yang terjadi padaku. Aku nggak mau orang mengalami apa yang kualami. Cukup aku saja. Cukup ini menjadi catatan. Catatan Seorang Habib, yang semoga ini jadi pengingatku. Pengingat agar aku tetap membumi, meski anganku ingin ke langit.