بسم الله الرحمن الرحيم
الحمد
لله رب العلمين. وبه نستعين على أمور الدنيا والدين. وصلى الله على سيدنا محمد
وآله صحبه وسلم أجمعين. قال الله تعالى : إن عدة الشهور عند الله اثنا عشر
شهرا في كتاب الله يوم خلق السماوات والأرض منها أربعة حرم ذلك الدين القيم فلا
تظلموا فيهن أنفسكم وقاتلوا المشركين كافة كما يقاتلونكم كافة واعلموا أن الله مع
المتقين. الأية . وقال رسول الله صلى الله عليه وسلم : فإن خير الحديث
كتاب الله وخير الهدى هدى محمد وشر الأمور محدثاتها وكل بدعة
ضلالة . أما بعد :
A. PENDAHULUAN
Ada 2 hal yang
harus diperhatikan dalam membahas masalah puasa Rojab. Pertama : Tidak
ada riwayat yang benar dari Rosulullah SAW yang melarang puasa
Rojab. Kedua : Banyak riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa Rojab yang
tidak benar dan palsu.
Dan di dalam
masyarakat kita terdapat 2 kutub ekstrim. Pertama adalah sekelompok kecil kaum
muslimin yang menyuarakan dengan lantang bahwa puasa bulan Rojab adalah bid’ah.
Kedua : Sekelompok orang yang biasa melakukan atau menyeru puasa Rojab akan
tetapi tidak menyadari telah membawa riwayat-riwayat tidak benar dan
palsu. Maka dalam risalah kecil ini kami ingin mencoba menghadirkan riwayat
yang benar sekaligus pemahaman para ulama 4 madzhab tentang puasa di bulan
Rojab.
Sebenarnya masalah puasa rojab sudah dibahas tuntas oleh
ulama-ulama terdahulu dengan jelas dan gamblang. Akan tetapi karena
adanya kelompok kecil hamba-hamba Alloh yang biasa MENUDUH BID’AH ORANG LAIN
menyuarakan dengan lantang bahwa amalan puasa di bulan Rojab adalah sesuatu
yang bid’ah.
Dengan Risalah kecil ini mari kita lihat hujjah para ulama tentang
puasa bulan Rojab dan mari kita juga lihat perbedaan para ulama di dalam
menyikapi hukum puasa di bulan Rojab. Yang jelas bulan Rojab adalah termasuk
bulan Haram yang 4 (Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab) dan bulan
haram ini dimuliakan oleh Allah SWT sehingga tidak diperkenankan untuk
berperang di dalamnya dan masih banyak keutamaan di dalam bulan-bulan haram
tersebut khususnya bulan Rojab. Dan di sini kami hanya akan membahas masalah
puasa Rojab, untuk masalah yang lainnya seperti hukum merayakan Isro’ Mi’roj
dan sholat malam di bulan rojab akan kami hadirkan pada risalah yang berbeda.
Tidak kami pungkiri adanya hadits-hadits dho’if atau palsu
(Maudhu’) yang sering dikemukakan oleh sebagian pendukung puasa Rojab. Maka
dari itu wajib bagi kami untuk menjelaskan agar jangan sampai ada yang membawa
hadits-hadits palsu biarpun untuk kebaikan seperti memacu orang untuk beribadah
hukumnya adalah HARAM dan DOSA BESAR sebagaimana ancaman Rosulullah SAW dalam
hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Imam Muslim :
مَنْ
كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّءْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
Artinya : “Barang
siapa sengaja berbohong atas namaku maka hendaknya mempersiapkan diri untuk
menempati neraka”.
Perlu diketahui bahwa dengan banyaknya hadits-hadits palsu tentang
keutamaan puasa Rojab itu bukan berarti tidak ada hadits yang
benar yang membicarakan tentang keutamaannya bulan Rojab.
A. Dalil-dalil
tentang puasa Rojab :
1. Dalil tentang
puasa Rojab Secara umum
Himbauan secara
umum untuk memperbanyak puasa kecuali di hari-hari yang diharamkan yang 5. Dan
bulan Rojab adalah bukan termasuk hari-hari yang diharamkan. Dan juga
anjuran-anjuran memperbanyak di hari-hari seperti puasa hari senin, puasa hari
kamis, puasa hari-hari putih, puasa Daud dan lain-lain yang itu semua bisa
dilakukan dan tetap dianjurkan walaupun di bulan Rojab. Berikut ini adalah
riwayat-riwayat tentang keutamaan puasa.
a. Hadits Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori No.5472:
كُلُّ
عَمَلِ ابْنِ أَدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامُ وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ
“Semua amal
anak adam (pahalanya) untuknya kecuali puasa maka aku langsung yang membalasnya”
b. Hadits Yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim No.1942:
لَخُلُوْفُ
فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللهِ مِنْ رِيْحِ الْمِسْكِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Bau mulutnya
orang yang berpuasa itu lebih wangi dari misik menurut Allah kelak di hari
qiamat”
Yang dimaksud
Allah akan membalasnya sendiri adalah pahala puasa tak terbatas hitungan tidak
seperti pahala ibadah sholat jama’ah dengan 27 derajat. Atau ibadah lain
yang satu kebaikan dilipat gandakan menjadi 10 kebaikan.
c. Hadits yang diriwayatkan Imam Bukhori No.1063 dan Imam Muslim
No.1969 :
إِنَّ
أَحَبَّ الصِّيَامِ إِلَى اللهِ صِيَامُ دَاوُدَ كَانَ يَصُوْمُ يَوْمًا وَ
يُفْطِرُ يَوْمًا
“Sesungguhnya
paling utamanya puasa adalah puasa saudaraku Nabi Daud, beliau sehari puasa dan
sehari buka”
2. Dalil-dalil
puasa Rojab secara khusus
a. Hadits yang
diriwayatkan Imam Muslim
أَنَّ
عُثْمَانَ بْنَ حَكِيْمٍ اْلأَنْصَارِيِّ قَالَ: ” سَأَلْتُ سَعِيْدَ بْنَ
جُبَيْرٍ عَنْ صَوْمِ رَجَبَ ؟ وَنَحْنُ يَوْمَئِذٍ فِيْ رَجَبَ فَقَالَ سَمِعْتُ
ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمَا يَقُوْلُ كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَصُوْمُ حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يُفْطِرُ، وَيُفْطِرُ
حَتَّى نَقُوْلَ لاَ يَصُوْمُ”
“Sesungguhnya
Sayyidina Ustman Ibn Hakim Al-Anshori, berkata : “Aku bertanya kepada Sa’id Ibn
Jubair tentang puasa di bulan Rojab dan ketika itu kami memang di bulan Rojab”, maka Sa’id menjawab: “Aku mendengar Ibnu ‘Abbas
berkata : “Nabi Muhammad SAW berpuasa (di bulan Rojab) hingga kami katakan
beliau tidak pernah berbuka di bulan Rojab, dan beliau juga pernah berbuka di
bulan Rojab, hingga kami katakan beliau tidak berpuasa di bulan Rojab.”
Dari riwayat
tersebut di atas bisa dipahami bahwa Nabi SAW pernah berpuasa di bulan
Rojab dengan utuh, dan Nabi pun pernah tidak berpuasa dengan utuh.
Artinya di saat Nabi SAW meninggalkan puasa di bulan Rojab itu menunjukan bahwa
puasa di bulan Rojab bukanlah sesuatu yang wajib. Begitulah yang dipahami
para ulama tentang amalan Nabi SAW, jika Nabi melakukan satu amalan kemudian
Nabi meninggalkannya itu menunjukan amalan itu bukan suatu yang wajib,
dan hukum mengamalkannya adalah sunnah.
b. Hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Abu Daud dan Imam Ibnu Majah
عَنْ
مُجِيْبَةَ الْبَاهِلِيَّةِ عَنْ أَبِيْهَا أَوْ عَمِّهَا أَنَّهُ : أَتَى
رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثُُمَّ انْطَلَقَ فَأَتَاهُ
بَعْدَ سَنَةٍ وَقَدْ تَغَيَّرَتْ حَالَتُهُ وَهَيْئَتُهُ فَقَالَ يَا رَسُوْلَ
اللهِ أَمَا تَعْرِفُنِيْ. قَالَ وَمَنْ أَنْتَ قَالَ أَنَا الْبَاهِلِيِّ
الَّذِيْ جِئْتُكَ عَامَ اْلأَوَّلِ قَالَ فَمَا غَيَّرَكَ وَقَدْ كُنْتَ حَسَنَ
الْهَيْئَةِ قَالَ مَا أَكَلْتُ طَعَامًا إِلاَّ بِلَيْلٍ مُنْذُ فَارَقْتُكَ
فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِمَ عَذَّبْتَ نَفْسَكَ.
ثُمَّ قَالَ صُمْ شَهْرَ الصَّبْرِ وَيَوْمًا مِنْ كُلِّ شَهْرٍ قَالَ زِدْنِيْ
فَإِنَّ بِيْ قُوَّةً قَالَ صُمْ يَوْمَيْنِ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ ثَلاَثَةَ
أَيَّامٍ قَالَ زِدْنِيْ قَالَ صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ
وَاتْرُكْ صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ وَقَالَ بِأَصَابِعِهِ الثَّلاَثَةِ
فَضَمَّهَا ثُمَّ أَرْسَلَهَا. رواه أبو داود 2/322
“Dari Mujibah
Al-Bahiliah dari ayahnya atau pamannya sesungguhnya ia (ayah atau paman)
datang kepada Rosulullah SAW kemudian berpisah dan kemudian datang lagi kepada
Rosulullah setelah setahun dalam keadaan tubuh yang berubah (kurus), dia
berkata : Yaa Rosulullah apakah engkau tidak mengenalku? Rosulullah SAW
menjawab : Siapa Engkau? Dia pun berkata : Aku Al-Bahili yang pernah menemuimu
setahun yang lalu. Rosulullah SAW bertanya : Apa yang membuatmu berubah
sedangkan dulu keadaanmu baik-baik saja (segar-bugar), Ia menjawab : Aku tidak
makan kecuali pada malam hari (yakni berpuasa) semenjak berpisah denganmu, maka
Rosulullah SAW bersabda : Mengapa engkau menyiksa dirimu, berpuasalah di
bulan sabar dan sehari di setiap bulan, lalu ia berkata : Tambah lagi (yaa
Rosulullah) sesungguhnya aku masih kuat. Rosulullah SAW berkata : Berpuasalah 2
hari (setiap bulan), dia pun berkata : Tambah lagi ya Rosulullah. Rosulullah
SAW berkata : berpuasalah 3 hari (setiap bulan), ia pun berkata: Tambah lagi
(Yaa Rosulullah), Rosulullah SAW bersabda : Jika engkau menghendaki berpuasalah
engkau di bulan-bulan haram (Rojab, Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah dan Muharrom) dan
jika engkau menghendaki maka tinggalkanlah, beliau mengatakan hal itu
tiga kali sambil menggenggam 3 jarinya kemudian membukanya.
Imam nawawi
menjelaskan hadits tersebut.
قَوْلُهُ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ” صُمْ مِنَ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ” إنما أمره
بالترك ; لأنه كان يشق عليه إكثار الصوم كما ذكره في أول الحديث . فأما من لم يشق
عليه فصوم جميعها فضيلة . المجموع 6/439
“Sabda
Rosulullah SAW :
صم من
الحرم واترك
“Berpuasalah di bulan haram kemudian
tinggalkanlah”
Sesungguhnya Nabi SAW memerintahkan berbuka kepada orang tersebut karena dipandang puasa terus-menerus akan memberatkannya dan menjadikan fisiknya berubah. Adapun bagi orang yang tidak merasa berat untuk melakukan puasa, maka berpuasa dibulan Rojab seutuhnya adalah sebuah keutamaan. Majmu’ Syarh Muhadzdzab juz 6 hal. 439
c. Hadits riwayat
Usamah Bin Zaid
قال قلت
: يا رسول الله لم أرك تصوم شهرا من الشهور ما تصوم من شعبان قال ذلك شهر غفل
الناس عنه بين رجب ورمضان وهو شهر ترفع فيه الأعمال إلى رب العالمين وأحب أن يرفع
عملي وأنا صائم. رواه النسائي 4/201
“Aku berkata
kepada Rosulullah : Yaa Rosulullah aku tidak pernah melihatmu berpuasa
sebagaimana engkau berpuasa di bulan Sya’ban. Rosulullah SAW menjawab : Bulan
sya’ban itu adalah bulan yang dilalaikan di antara bulan Rojab dan Ramadhan,
dan bulan sya’ban adalah bulan diangkatnya amal-amal kepada Allah SWT dan aku
ingin amalku diangkat dalam keadaaan aku berpuasa”. HR. Imam An-Nasa’I Juz 4
Hal. 201.
Imam Syaukani
menjelaskan
ظاهر
قوله في حديث أسامة : إن شعبان شهر يغفل عنه الناس بين رجب ورمضان أنه يستحب
صوم رجب ; لأن الظاهر أن المراد أنهم يغفلون عن تعظيم شعبان بالصوم كما يعظمون
رمضان ورجبا به . نيل الأوطار 4/291
Secara tersurat
yang bisa dipahami dari hadits yang diriwayatkan oleh Usamah, Rosulullah
SAW bersabda : “Sesungguhnya Sya’ban adalah bulan yang sering dilalaikan
manusia di antara Rojab dan Ramadhan” ini menunjukkan bahwa puasa Rojab adalah
sunnah sebab bisa difahami dengan jelas dari sabda Nabi SAW bahwa mereka lalai
dari mengagungkan sya’ban dengan berpuasa karena mereka sibuk mengagungkan
ramadhan dan Rojab dengan berpuasa”. Naylul Author juz 4 hal 291
B. KOMENTAR PARA
ULAMA TENTANG PUASA ROJAB
Dalam menyikapi
tentang puasa dibulan Rojab pendapat ulama terbagi menjadi 2, akan tetapi 2
pendapat ini tidak sekeras yang kita temukan di lapangan pada saat ini yaitu
dengan membi’dahkan dan memfasiqkan para pelaku puasa Rojab.
Jumhur Ulama dari Madzhab Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam
Syafi’i dan riwayat dari Imam Ahmad Bin Hanbal mereka mengatakan bahwasannya
disunnahkan puasa di bulan Rojab semuanya dan juga ada riwayat lain dari Imam
Ahmad Bin Hanbal bahwasannya makruh mengkhususkan melakukan puasa sebulan penuh
di bulan Rojab.
Akan tetapi di
dalam Madzhab Imam Ahmad Bin Hanbal dijelaskan bahwasannya kemakruhan ini akan
hilang dengan 4 hal :
1) Dibolong
(berbuka) 1 hari di bulan Rojab, atau
2) Disambung dengan puasa di bulan sebelum Rojab, atau
3) Disambung dengan puasa di bulan setelah Rojab
4) Dengan puasa di hari apapun di selain bulan Rojab.
2) Disambung dengan puasa di bulan sebelum Rojab, atau
3) Disambung dengan puasa di bulan setelah Rojab
4) Dengan puasa di hari apapun di selain bulan Rojab.
Mungkin ada yang mendengar dari salah satu stasiun radio atau
selebaran yang dibagi-bagi yang mengatakan bahwasannya “Puasa Rojab adalah
Bid’ah Dholalah” dengan membawa Riwayat dari Nabi SAW yang melarang puasa Rojab
atau riwayat dari Sayyidina Umar Bin Khottob yang mengatakan “Kami akan memukul
orang yang melakukan puasa di bulan Rojab”. Padahal riwayat tersebut adalah
tidak benar dan palsu dan sungguh sangat aneh orang yang membid’ahkan puasa
bulan Rojab dengan tuduhan riwayat puasa Rojab adalah hadits-haditsnya palsu
akan tetapi mereka sendiri tidak sadar bahwa justru riwayat yang melarang puasa
bulan Rojab adalah palsu.
Secara singkat
para ulama empat madzhab tidak ada yang mengatakan puasa bulan rojab adalah
bid’ah. Bahkan mereka sepakat kalau puasa bulan rojab adalah sunnah termasuk
dalam madzhab Imam Ahmad bin Hambal.
Berikut ini uraian ulama empat tentang puasa rojab :
1. Pendapat Ulama’
Madzhab Hanafi
• Disebutkan dalam
Fatawa Al-Hindiyah Juz 1 Hal. 202 :
)المرغوبات من الصيام أنواع (
أولها صوم المحرم والثاني صوم رجب والثالث صوم شعبان وصوم عاشوراء ). اهـ
“Puasa yang
disunnakahkan itu bermacam-macam :
Puasa Muharrom, Puasa Rojab, Puasa Sya’ban, Puasa ‘Asyuro’ (tgl. 10 Muharrom)”
Puasa Muharrom, Puasa Rojab, Puasa Sya’ban, Puasa ‘Asyuro’ (tgl. 10 Muharrom)”
2. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Maliki
•
Disebutkan dalam Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil Juz 2 Hal. 241:
أنه
يستحب صوم شهر المحرم وهو أول الشهور الحرم , ورجب وهو الشهر الفرد عن الأشهر
الحرم ). اهـ
“Sesungguhnya
disunnahkan puasa di bulan Muharrom dan puasa di bulan Rojab.”
• Disebutkan dalam
Hasyiah dari Syarh Al-Khorsyi ‘Ala Kholil :
بل يندب
صوم بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذو القعدة فالحجة ). اهـ
“Disunnahkan
puasa di bulan-bulan haram yang 4, paling utamanya adalah puasa di bulan
Muharrom kemudian Rojab, Duzl Qo’dah dan Dzul Hijjah”.
• Disebutkan dalam
Muqoddimah Ibnu Abi Zaid serta syarah Lil Fawaakih Al-Dawani juz 2 hal. 272 :
التنفل
بالصوم مرغب فيه وكذلك , صوم يوم عاشوراء ورجب وشعبان ويوم عرفة والتروية وصوم يوم
عرفة لغير الحاج أفضل منه للحاج. اهـ
“Melakukan
puasa disunnahkan begitu juga puasa dihari ‘Asyuro’, bulan Rojab, bulan
Sya’ban, Hari ‘Arafah dan Tarwiyah sedangkan puasa di hari ‘Arafah itu lebih
utama bagi orang yang tidak haji”.
• Disebutkan dalam
Syarh Ad-Dardir, syarah Muhtashor Kholil juz 1 hal. 513 :
وندب
صوم المحرم ورجب وشعبان وكذا بقية الحرم الأربعة وأفضلها المحرم فرجب فذوالقعدة
والحجة). اهـ
“Dan
disunnahkan puasa Muharrom, Rojab, Sya’ban begitu juga bulan-bulan haram
lainnya yang 4 dan paling utamanya adalah puasa Muharrom kemudian Rojab, Duzl
Qo’dah dan Dzul Hijjah”.
• Disebutkan dalam At-Taj Wa Al-Iklil juz 3 hal. 220 :
والمحرم
ورجب وشعبان لو قال والمحرم وشعبان لوافق المنصوص . نقل ابن يونس : خص الله الأشهر
الحرم وفضّلها وهي : المحرم ورجب وذو القعدة وذو الحجة . اهـ
“Dan
disunnahkan Puasa Muharrom, Rojab dan Sya’ban, andaikan beliau berkata “Puasa
Muharrom dan Sya’ban disunnahkan maka akan mencocoki Nashnya”. Dinukil dari
Ibnu Yunus bahwasannya “Allah SWT mengkhususkan bulan-bulan haram dan
mengutamakannya yaitu : Muharrom dan Rojab, Dzul Qo’dah dan Dzul Hijjah.”
3. Pendapat dari Ulama’ Madzhab Syafi’i
•
Imam An-Nawawi menyebutkan dalam Al-Majmu’ (Majmu’ Syarh Al-Muhadzdzab) juz 6
hal. 439 :
قال
أصحابنا : ومن الصوم المستحب صوم الأشهر الحرم , وهي ذوالقعدة وذوالحجة والمحرم
ورجب , وأفضلها المحرم. اهـ
“Berkata
Ulama’ kami : Dan dari puasa yang disunnahkan adalah puasa bulan-bulan haram
yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab sedangkan yang paling utama
adalah Muharrom”.
• Syaikhul Islam
Zakariya Al-Anshori menyebutkan dalam Asna Al-Mathollib juz 1 hal. 433 :
)وأفضل الأشهر للصوم( بعد
رمضان الأشهر
(
الحرم ( ذو القعدة وذو الحجة والمحرم ورجب )وأفضلها المحرم( لخبر مسلم * أفضل
الصوم بعد رمضان شهر الله المحرم ( ثم اقيها) وظاهره استواء البقية والظاهر
تقديم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ). اهـ
“Paling
utamanya bulan-bulan untuk puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan-bulan
Haram yaitu Dzul Qo’dah, Dzul Hijjah, Muharrom dan Rojab sedangkan paling
Utamanya adalah Muharrom berdasarkan riwayat dari Imam Muslim “Paling utamanya
puasa setelah Ramadhan adalah bulan Allah Muharrom kemudian bulan haram yang
lainnya. Secara dhohir keutamaan diantara bulan haram yang lainnya itu sama
(selain Muharrom). Dan secara dhohir mendahulukan keutamaan Rojab agar keluar
dari Khilafnya ulama yang mengunggulkannya melebihi bulan-bulan Haram”
•
Imam Ibnu Hajar menyebutkan dalam Fatawa-nya juz 2 hal. 53 :
…
وأما استمرار هذا
الفقيه على نهي الناس عن صوم رجب فهو جهل منه وجزاف على هذه لشريعة المطهرة
فإن لم يرجع عن ذلك وإلا وجب على حكام الشريعة المطهرة زجره وتعزيره التعزير
البليغ المانع له ولأمثاله من المجازفة في دين الله تعالى ويوافقه إفتاء العز بن
عبد السلام إنه سئل عما نقل عن بعض المحدثين من منع صوم رجب وتعظيم حرمته
وهل يصح نذر صوم جميعه فقال في جوابه : نذر صومه صحيح لازم يتقرب إلى الله تعالى
بمثله والذي نهى عن صومه جاهل بمأخذ أحكام الشرع وكيف يكون منهيا عنه مع أن
العلماء الذين دونوا الشريعة لم يذكر أحد منهم اندراجه فيما يكره صومه بل
يكون صومه قربة إلى الله تعالى. اهـ
“Orang yang
melarang puasa Rojab maka itu adalah kebodohan dan ketidak tahuan
terhadap hukum syariat. Apabila ia tidak menarik ucapannya itu maka wajib bagi
hakim atau penegak hukum untuk menghukumnya dengan hukuman yang keras yang
dapat mencegahnya dan mencegah orang semisalnya yang merusak agama Allah
SWT.
Sependapat dengan
ini ‘Izzuddin Abdusssalam, sesungguhnya beliau ditanya dari apa yang dinukil
dari sebagian Ahli Hadits tentang larangan puasa Rojab dan pengharamannya, dan
apakah sah orang yang bernadzar puasa Rojab sebulan penuh maka beliau menjawab
“Nadzar puasa Rojab itu sah dan bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Adapun
larangan puasa Rojab itu adalah pendapat orang yang bodoh akan pengambilan
hukum-hukum syariat. Bagaimana bisa dilarang sedangkan para Ulama’ yang dekat
dengan syariat tidak ada yang menyebutkan tentang dimakruhkannya puasa Rojab
bahkan dikatakan puasa Rojab adalah mendekatkan diri kepada Allah SWT
(sunnah)”.
•
Disebutkan dalam Mughni Al-Muhtaj juz 2 hal. 187 :
أفضل
الشهور للصوم بعد رمضان الأشهر الحرم , وأفضلها المحرم لخبر مسلم* أفضل الصوم بعد
رمضان شهر الله المحرم ثم رجب , خروجا من خلاف من فضله على الأشهر الحرم ثم باقيها
ثم شعبان ). اهـ
“Paling
utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan adalan bulan-bulan
haram, sedangkan paling utamanya adalah Muharrom berdasarkan Hadits riwayat
Imam Muslim “Paling utamanya puasa setelah Ramadhan adalah puasa di bulan Allah
Muharrom” kemudian Rojab agar keluar dari Khilaf tentang keutamaan Rojab
terhadap bulan-bulan haram lainnya kemudian Sya’ban”.
• Disebutkan dalam Nihayah Al-Muhtaj juz 3 hal. 211 :
)اعلم أن أفضل الشهور للصوم بعد
رمضان الأشهر الحرم وأفضلها المحرم ثم رجب خروجا من خلاف من فضله على الأشهر
الحرم ثم باقيها وظاهره الاستواء ثم شعبان (. اهـ
“Ketahuilah
sesungguhnya paling utamanya bulan-bulan untuk melakukan puasa setelah Ramadhan
adalah puasa bulan-bulan Haram. Sedangkan paling utamanya adalah Muharrom
kemudian Rojab agar keluar dari Khilaf tentang keutamaannya atas bulan-bulan
Haram yang lainnya, yang jelas keutamaannya
sama dengan bulan-bulan haram yang lainnya kemudian Sya’ban,”
4.
Pendapat dari Ulama’ Madzhab Hanbali
• Ibnu
Qudamah menyebutkan dalam Al-Mughni juz 3 hal. 53 :
فصل :
ويكره إفراد رجب بالصوم . قال أحمد : وإن صامه رجل , أفطر فيه يوما أو أياما ,
بقدر ما لا يصومه كله … قال أحمد : من كان يصوم السنة صامه , وإلا فلا يصومه
متواليا , يفطر فيه ولا يشبهه برمضان ). اهـ
Fasal : Dan dimakruhkan mengkhususkan Rojab dengan puasa, Imam
Ahmad berkata “Apabila seseorang berpuasa bulan Rojab maka berbukalah sehari
atau beberapa hari sekiranya ia tidak puasa sebulan penuh, Imam Ahmad berkata
“Barangsiapa terbiasa puasa setahun maka boleh berpuasa sebulan penuh kalau
tidak biasa puasa setahun janganlah berpuasa terus-menerus dan jika ingin puasa
rojab sebulan penuh hendaknya ia berbuka di bulan Rojab (biarpun sehari) agar
tidak menyerupai Ramadhan.”
Dari keterangan
tersebut sangat jelas bahwa Imam Ahmad tidak membidahkan puasa rojab.
• Disebutkan dalam
Al-Furu’ Karya Ibn Muflih juz 3 hal. 118 :
فصل :
يكره إفراد رجب بالصوم نقل ابن حنبل : يكره , ورواه عن عمر وابنه وأبي بكرة , قال
أحمد : يروى فيه عن عمر أنه كان يضرب على صومه , وابن عباس قال : يصومه إلا يوما
أو أياما. وتزول الكراهة بالفطر أو بصوم شهر آخر من السنة . اهـ
Fasal : Dimakruhkan mengkhususkan Rojab dengan berpuasa
berdasarkan apa yang dinukil dari Imam Ahmad Bin Hanbal dan diriwayatkan oleh
Umar dan puteranya dan Abi bakrah. Imam Ahmad berkata “Diriwayatkan dari
Sayyidina Umar Ra sesungguhnya beliau memukul orang yang berpuasa Rojab, dan
berkata Ibnu Abbas “Hendaknya berpuasa Rojab dengan berbuka sehari atau
beberapa hari”. Dan kemakruhan puasa bulan rojab akan hilang dengan berbuka
(walaupun sehari) atau dengan berpuasa di bulan lain selain bulan rojab.
C. KESIMPULAN
Dari penjelasan
dari ulama empat madzhab sangat jelas bahwa puasa bulan rojab adalah sunnah
hanya menurut madzhab Imam Ahmad saja yang makruh. Dan ternyata kemakruhan
puasa Rojab menurut madzhab Imam Hanbali itu pun jika dilakukan sebulan penuh.
Adapun kalau berbuka satu hari saja atau di sambung dengan sehari sebelumnya
atau sesudahnya. Atau dengan melakukan puasa di dselain bulan rojab maka
kemakruhannya akan hilang . Dan mereka tidak mengatakan puasa rojab
bid’ah sebagaimana yang marak akhir-akhir ini disuarakan oleh kelompok
orang dengan menyebar selebaran, siaran radio atau internet.
Wallohu a’lam
bishsho wab
Dikutip dari group
"FTI"
0 komentar:
Posting Komentar